Berikan Protein adalah organisasi non-profit berbasis gerakan sosial masyarakat yang berfokus
untuk membumikan gaya hidup sadar konsumsi protein bagi masyarakat sebagai solusi
pengentasan masalah gizi buruk di Indonesia
Berawal dari kami membaca sebuah rilis data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI (2018) yang menyebutkan bahwa 30,8% atau 1 dari 3 anak Indonesia ternyata mengalami masalah stunting. Fakta ini tentunya membuat kami sebagai anak muda merasa resah mengingat kami selalu diajarkan oleh orang-orang di generasi sebelum kami bahwa negeri kami kaya, tanah subur, sumber daya alam melimpah, pangan beranekaragam, tapi nyatanya masih banyak anak-anak Indonesia yang belum terbebas dari masalah gizi.
Tidak hanya stunting, kami makin sedih ketika sadar bahwa Indonesia saat ini tengah menghadapi tiga beban berganda masalah gizi buruk (triple burden malnutrition) yakni kurang gizi (stunting, wasting), kelebihan gizi (obesitas, overweight) dan kekurangan zat gizi mikro. Fakta inilah yang membuat kami tergerak untuk harus melakukan sesuatu. Kami khawatir akan terdapat kemunduran kualitas anak-anak Indonesia akibat dampak jangka panjang masalah gizi buruk sehingga menghambat mereka untuk menjadi pribadi yang sehat, cerdas dan berdaya untuk dapat menjadi versi terbaik diri mereka sendiri.
Melalui keresahan inilah, sejak tahun 2019 kami sudah merumuskan berbagai langkah konkrit apa yang bisa kami lakukan untuk dapat memberikan multiplier impact untuk pengentasan masalah gizi buruk dengan memanfaatkan sumber daya alam dalam negeri agar terciptanya kemandirian yang telah bangsa ini nantikan sejak lama.
Upaya pengentasan masalah malnutrisi, harus dilakukan dengan pendekatan yang tersistem dan sesuai dengan nilai-nilai lokal dan kondisi masyarakat yang ada agar menjadi sebuah solusi nyata yang berkelanjutan. Kami melihat bahwa dari sekian banyak gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, protein menjadi satu-satunya harapan untuk dapat menjadi titik intervensi (tipping point) upaya peningkatan gizi masyarakat.
Mari kita kenalan sedikit dengan protein, zat gizi yang paling underrated dibandingkan dengan zat gizi lainnya. Namanya jarang disebut dalam setiap pembicaraan, jarang direkomendasikan pakar kesehatan, jarang diingat tentang jasa dan kontribusinya dalam tubuh ini.
Istilah “protein” sesungguhnya diambil dari bahasa Yunani “proteios” yang memiliki arti “yang paling utama”. Sesuai namanya, protein sangat penting sebagai penyusun dari semua kehidupan sel dan merupakan zat terbesar di dalam tubuh setelah air dan ia memegang peranan penting pada hampir seluruh proses biologi tubuh manusia. Kualitas imun, kondisi kesehatan, regenerasi sel, kemampuan berpikir, koordinasi sensorik, perkembangan fisik, daya ingat, pembentukan otot, efektivitas pengobatan dan lain-lain ternyata semuanya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan protein dalam tubuh.
Inilah yang kemudian kami melihat bahwa protein adalah jawaban atas segala permasalahan gizi buruk di Indonesia.
Idealisme kami sejalan dengan pernyataan dari Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), pakar nutrisi dan metabolik anak kenamaan. Beliau menyatakan bahwa kunci utama pengentasan gizi buruk adalah dengan meningkatkan edukasi pola makan berbasis protein hewani. Hal ini dikarenakan protein hewani mengandung asam amino essensial lengkap, mudah dicerna oleh tubuh, dan berperan mencegah hambatan pertumbuhan tubuh. Pernyataan beliau itu didukung dengan risetnya yang berhasil menurunkan prevalansi stunting sebesar 8,4% ternyata berhasil menurunkan prevalensi stunting pada balita di Desa Bayumundu, Pandeglang hanya dalam waktu 6 bulan sejak bulan Agustus 2018.
Namun pertanyaan selanjutnya adalah, seberapa besar angka kecukupan gizi protein di Indonesia?
Apakah ini ada korelasinya dengan berbagai permasalahan gizi dan kesehatan di Indonesia?s
Pada bulan November – Desember 2022, kami melakukan survei kepada 12.324 anak muda berusia 18-25 tahun di berbagai kota besar di 34 provinsi menggunakan web apps Protein Meter dengan metode Food Recall 24 Jam. Ternyata hasil surveinya sangat mengejutkan, 75% dari seluruh responden ternyata mengalami Kekurangan Energi Protein atau Malnutrisi Energi Protein (MEP), sebuah kondisi ketika asupan protein seseorang tidak sesuai dengan apa yang tubuh butuhkan. Jika melihat seberapa berpengaruhnya protein pada hampir segala aktivitas tubuh namun tidak tercukupi dengan baik, tentunya akan ada sel-sel yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan menjadi masalah serius dalam jangka panjang.
Bayangkan, jika mereka yang ada di kota-kota besar saja ternyata banyak yang kurang protein, apa kabar dengan mereka yang tinggal di daerah pedalaman dan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah?
Ternyata masalah lain yang juga harus dipikirkan adalah bagaimana kita bisa mencari sumber protein yang tepat agar dapat mewujudkan pemerataan akses pangan bergizi berbasis protein dengan harga terjangkau.
Sebagai negara kepulauan terbesar dan negara penghasil ikan terbanyak kedua dunia dan dengan setelah Tiongkok, sudah semestinya masalah kurang protein bisa teratasi. Berdasarkan laporan Oceans for Prosperity dari Bank Dunia (2021), menyebutkan bahwa ikan telah menyumbang 52% protein hewani dalam negeri Indonesia. Hanya saja, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak suka mengkonsumsi ikan dan cenderung memilih sumber protein hewani lainnya. Padahal protein yang terdapat dalam ikan tersebut jauh lebih baik ketimbang sumber protein lainnya seperti asam amino essensial, omega 3. Hal ironis lainnya adalah di tengah kekayaan laut yang melimpah ini, Indonesia justru masih sangat bergantung pada komoditas sumber protein lainnya yang kebanyakan impor seperti daging sapi, kedelai, susu sapi, ayam dan lainnya. Inilah yang membuat mengapa harga sumber protein di Indonesia cenderung tidak stabil dan sulit diakses dengan harga terjangkau sehingga makin banyak orang yang tidak memiliki akses yang sama untuk mengkonsumsi protein berkualitas dalam negeri.
Dengan melihat berbagai permasalahan yang kompleks baik dari segi masalah gizi, SDM, ketersediaan pangan dan disandingkan dengan potensi sumber daya alam yang ada, Berikan Protein Initiative memiliki misi untuk mewujudkan kemandirian protein atau yang kami sebut dengan istilah “otonomi protein” dengan mendorong setiap daerah untuk dapat berdikari dalam memenuhi kebutuhan protein dan pangan masyarakat demi mendukung keadilan pangan dan gizi.
Misi besar ini dimulai dengan kami ingin menciptakan ekosistem masyarakat yang sadar akan pentingnya konsumsi protein untuk tubuh, pentingnya pola makan bergizi sehingga memunculkan sebuah gerakan masyarakat akan konsumsi protein berkualitas. Dengan begitu, ekonomi UMKM akan turut bergerak untuk menjawab kebutuhan masyarakat dengan pengembangan produk pangan lokal unggulan berbasis high-protein dengan dikawinkan melalui inovasi teknologi berbasis perikanan dan kelautan.
Berikan Protein Initiative hadir sebagai katalisator dan partner of choice untuk mewujudkan kemandirian pangan dan gizi melalui solusi yang nyata dan berkelanjutan. Bersama Berikan Protein, wujudkan Indonesia sehat, Indonesia cerdas, Indonesia berdaya!